BUDIDAYA NILAM DAN PRODUKSI MINYAK ATSIRI

BIOCLIME mendukung pengembangan Budidaya Nilam dan Produksi Minyak Atsiri di Sumatera Selatan

Hasil dari studi cepat menunjukkan bahwa Nilam memiliki potensi untuk dapat dikembangkan sebagai bahan baku minyak atsiri dan hasil hutan bukan kayu. 

Sebagai tindak lanjut dari fasilitasi pembentukan kelompok di 5 (lima) desa, BIOCLIME menggunakan pendekatan dan alat analisa CLAPS – Community Livelihood Appraisal and Product Scanning dan MA&D – Market Analysis and Development (Analisa dan Pengembangan Pasar). Kedua pendekatan tersebut membantu masyarakat desa dalam menganalisis potensi pasar dan rantai nilai bahan baku produk dari Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) untuk dapat dikembangkan menjadi produk yang bisa dipasarkan. Para petani di Desa Napallicin sudah memiliki akses terhadap pasar yang cukup potensial di Bangko, Jambi, dan Padang Sumatera Barat dengan harga yang cukup menjanjikan, berkisar Rp.700.000 – 830.000 untuk per kilo minyak atsiri nilam yang dihasilkan dari penyulingan daun nilam selama 8 jam. Pelatihan untuk masyarakat dimaksudkan agar produksi minyak atsiri nilam lebih efisien dan akan meningkatkan kualitas minyak atsiri yang dihasilkan.

Pelatihan dilaksanakan di Desa Napallicin dengan tema “Budidaya Nilam dan Produksi Minyak Atsiri” dengan melibatkan 26 anggota kelompok tani masyarakat peduli hutan dan keanekaragaman hayati “Citra Lestari” pada tanggal 26-28 Agustus 2015. Pelatih berasal dari Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang, dan Penyuluh Lapangan dari Kabupaten Musi Banyuasin yang sebelumnya telah mengembangkan Budidaya Nilam di Muara Medak, MUBA akan membagikan ilmu dan pengalamannya. 

Nilam merupakan salah satu jenis tanaman perdu yang menyerupai tanaman bunga dan menebarkan aroma wangi. Nilam merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dihasilkan dari penyulingan daunnya. Minyak atsiri nilam digunakan untuk kosmetik, dan khususnya dalam industri parfum/minyak wangi. Jumlah minyak yang diproduksi per tahun cukup bervariasi, antara 1200 dan 1400, yang 80-90% berasal dari Indonesia yang telah dikenal memiliki kualitas yang baik. Jumlah permintaan minyak atsiri di dunia internasional juga sangat tinggi

Nilam bisa ditanam sebagai tanaman sela dengan tanaman lain. Para petani di Desa Napallicin mengembangkan pola tanam KKN ; Karet – Kopi – Nilam. Tanaman karet ditujukan untuk investasi jangka panjang, kopi untuk jangka menengah, dan Nilam untuk jangka pendek dikarenakan jangka waktu panennya yang relatif cepat. Untuk panen pertama membutuhkan waktu sekitar 6 bulan. Setelah itu, nilam yang sudah dipanen akan kembali bertunas dan akan siap dipanen 3 bulan berikutnya.