Lestarikan Mangrove Sama Dengan Menunda Perubahan Iklim. Kok Bisa?

Keberadaan mangrove di lautan Indonesia hingga saat ini masih belum terdata dengan baik. Kehadirannya, bagi sejumlah masyarakat tertentu masih dianggap sebagai penghias perairan di laut saja. Padahal, mangrove berfungsi penting secara ekologis dan bagi bumi, seperti membantu menunda perubahan iklim sebagai penyerap dan penjaga karbondioksida bagian dari Gas Rumah Kaca (GRK).

Di Indonesia sendiri, keberadaan mangrove menyebar dari ujung barat di Sabang, Provinsi Aceh, hingga ujung timur di Merauke, Provinsi Papua. Khusus di pulau Papua, mangrove diketahui menyimpan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi karbon biru (blue carbon) yang berfungsi menyerap karbondioksida (CO2) di udara.

sumber: http://www.mongabay.co.id/2016/08/01/lestarikan-mangrove-sama-dengan-menunda-perubahan-iklim-kok-bisa/

Lahan Gambut di Sumatera Selatan Disebar Bios 44, Untuk Apa?

Berbagai upaya dilakukan guna mencegah kebakaran lahan gambut di Sumatera Selatan. Salah satunya melalui penyebaran Bios 44 ke wilayah gambut yang masih basah. Apakah Bios 44?

“Bios 44 merupakan paduan beberapa mikroorganisme yang disatukan. Bios 44 ini mampu memperkecil hingga menutupi rongga-rongga lahan gambut, sehingga lahan gambut tidak mudah terbakar. Tapi, tetap membutuhkan proses waktu,” kata Muhammad Tamim Pardede, pakar Bio Kimia Molekuler kepada Najib Asmani, Koordinator Tim Restorasi Gambut (TRG) Sumatera Selatan, saat melakukan kunjungan ke lokasi uji coba Bios 44 di Desa Sungai Rambutan, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumsel, Selasa (26/07/2016) lalu.

sumber: http://www.mongabay.co.id/2016/07/29/lahan-gambut-di-sumatera-selatan-disebar-bios-44-untuk-apa/

Warga Kampar Cegah Kebakaran Lahan Pakai Mesin Sepeda Motor

TEMPO.CO, Pekanbaru - Warga Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar memiliki cara unik dalam upaya mencegah terjadinya kebakaran lahan. Warga Kampar menggunakan mesin sepeda motor sebagai pompa air sumur bor di lahan gambut yang dibangun Badan Restorasi Gambut (BRG) beberapa waktu lalu.

"Sebuah inovasi yang sangat sederhana dan efektif," kata Kepala Desa Rimbo Panjang Zalka Putra saat menerima kunjungan rombongan staf kepresidenan, Kamis, 21 Juli 2016.

Konservasi Rafflesia Memang Penting Dilakukan, Mengingat…

Dari 25 jenis rafflesia yang ada di dunia, sebanyak 12 jenis dapat dijumpai di Indonesia dengan 10 diantaranya ditemukan di Sumatera. Dari 10 jenis yang ada di Sumatera itu, 4 jenis di antaranya ditemukan di lahan penduduk di Provinsi Bengkulu. Yakni, Rafflesia arnoldii, Rafflesia hasseltii, Rafflesia gadutensis, dan Rafflesia bengkuluensis.

Salah satu wilayah yang sering ditemukan Rafflesia arnoldii dan Rafflesia bengkuluensis adalah di Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur. “Sepanjang 2014, sebanyak 25 rafflesia mekar meliputi 10 Rafflesia arnoldii dan 15 Rafflesia bengkuluensis. Di 2015, ada 15 rafflesia yang mekar meliputi 8 Rafflesia arnoldii dan 7 Rafflesia bengkuluensis. Untuk tahun ini, baru 2 Rafflesia arnoldii yang merekah,” tutur Ketua Komunitas Pemuda Padang Guci Peduli Puspa Langka, Noprianto, Sabtu (23/7/16).

sumber: http://www.mongabay.co.id/2016/07/25/konservasi-rafflesia-memang-penting-dilakukan-mengingat/

Pantauan Udara Wilayah OKI Belum Terlihat Titik Api

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Guna melakukan antisipasi kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumsel khususnya di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang memiliki lahan gambut terluas di Sumsel, jajaran Polres OKI, Jumat (15/7/2016), melakukan pantau titik api dari udara dengan menggunakan helikopter milik PT Bumi Andalas Permai.

Dalam pemantaun yang dilakukan kurang lebih selama dua setengah jam tersebut, langsung dipimpin oleh Kapolres OKI, AKBP Amanzona dan didampingi Humas PT Bumi Andalas Permai, Effendi.

sumber: http://palembang.tribunnews.com/2016/07/16/pantauan-udara-wilayah-oki-belum-terlihat-titik-api