FORCLIME
Forests and Climate Change ProgrammeTechnical Cooperation (TC Module)
Select your language
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Pusdiklat SDM LHK) bersama GIZ dan Common Sense, lembaga konsultan yang berpengalaman dalam hal pengembangan kapasitas untuk digital learning dan penciptaan konten pembelajaran, melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) evaluasi pelaksanaan Learning Management System (LMS) pada hari Senin, 31 Januari 2022. Secara umum, LMS adalah perangkat lunak yang dirancang untuk membuat, mendistribusikan, dan mengatur penyampaian konten pembelajaran. FGD dihadiri oleh perwakilan Pusat Diklat SDM LHK dan seluruh Balai Diklat LHK yang hadir secara online.
Pendampingan oleh GIZ mengenai evaluasi LMS didasari oleh banyaknya isu yang dihadapi dalam pengembangan eLearning. Topik lain yang berkaitan dengan pengembangan eLearning seperti software untuk interaktif modul akan dilaksanakan secara terpisah. FGD ini juga fokus kepada dua output, yaitu mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dalam mengakses LMS serta perbaikan apa yang perlu dilakukan kedepannya.
“eLearning telah dikembangkan sejak tahun 2014. Sejauh ini, penggunaan LMS masih belum maksimal. Tidak semua pelatihan efektif untuk ditransformasi menjadi eLearning, perlu ditinjau lebih lanjut target dan jumlah peserta’, kata Bapak Erfan Noor Yulian, S.Hut, M.Si., perwakilan Pusat Diklat SDM LHK, dalam sambutannya.
Beberapa poin penting yang dibahas dalam FGD adalah:
1. Kondisi server, versi Moodle yang digunakan dan kapasitas LMS.
2. Urgensi LMS untuk diintegrasi dengan software lain.
3. Kondisi mengenai user (literacy digital, perangkat yang digunakan untuk akses LMS, keaktifan dalam kelas, reporting dan lainnya).
4. Masalah umum yang dihadapi, serta fitur yang perlu untuk ditambahkan.
Setelah FGD tersebut, selanjutnya konsultan Common Sense akan melakukan rekapitulasi dari hasil diskusi serta membuat bahan rekomendasi yang akan disampaikan kepada Pusat Diklat SDM LHK untuk pengembangan LMS kedepannya.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Wira Hakim, Junior Advisor pengembangan SDM
Nisrina Alissabila, Trainee FORCLIME Bogor
Verda Emmelinda Satyawan, Trainee FORCLIME Bogor
Desa Toro, salah satu desa di kawasan Cagar Biosfer Lore Lindu, memiliki Sekolah Adat yang berfungsi sebagai tempat mengajarkan bahasa daerah, pembuatan kerajinan tradisional, hukum adat, tradisi budaya, dan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam untuk menjaga keseimbangan ekologi kepada generasi muda. Untuk memperkuat peran dari Sekolah Adat, Organisasi Perempuan Adat Ngata Toro (OPANT) menyusun modul ajar yang dapat menjadi pedoman pengembangan perangkat pembelajaran, mulai dari perencanaan, pengelolaan kegiatan belajar, serta peraturan untuk para pengajar. Modul ajar ini akan bermanfaat bagi para pengajar di Sekolah Adat yang saat ini berjumlah sekitar 10 orang, karena masing-masing pengajar memiliki keahlian yang berbeda, mulai dari Katuwua (tatanan hubungan manusia dengan alam), Hintuwu (tatanan hubungan manusia dengan manusia), Pomebila (tata krama di keluarga dan masyarakat), kesenian dan kebudayaan, kelembagaan adat, dan keterampilan.
Modul ajar Sekolah Adat telah disusun pada tanggal 9-16 Desember 2021 lalu. Rangkaian kegiatan penyusunan modul ajar ini ditutup dengan kegiatan penanaman pohon di sepanjang aliran sungai terdekat dari areal sawah di Desa Toro. Kegiatan penanaman pohon dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2022, dan merupakan inisiasi aktivitas awal bagi para siswa dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, melestarikan atau melindungi jenis tumbuhan lokal, dan menjaga sawah agar tidak tergenang dari luapan air sungai.
Kegiatan penanaman pohon diawali dengan upacara adat bersih kampung yang disebut dengan Potapahi Tana atau Popee Hiaka, yang dipimpin oleh ketua adat Desa Toro, Bapak Andreas Lagimpu. Upacara diawali dengan pembacaan doa oleh para pemuka agama setempat dan dilanjutkan dengan makan siang bersama menggunakan alat makan tradisional dulang. Pada penghujung upacara, dilakukan penyampaian harapan agar diberikan kesehatan dan panen yang berlimpah serta ucapan syukur oleh pemuka adat, yang ditandai dengan pemotongan ayam di aliran sungai.
Rangkaian kegiatan penanaman ditutup oleh Ketua OPANT, Ibu Rukmini, yang menyampaikan harapannya kepada FORCLIME untuk terus mendukung kegiatan di Sekolah Adat, seperti penyusunan lembar kerja atau aktivitas siswa, pelatihan manajemen bencana alam bagi para siswa, pelatihan pengelolaan sampah plastik bagi para siswa dan masyarakat, dan peningkatan kapasitas para guru dalam mengajar.
Sebagai tindak lanjut dari penyusunan modul ajar ini, Sekolah Adat akan melakukan uji coba bahan ajar selama enam bulan. Apabila sudah diuji, akan dilakukan penyempurnaan sehingga dapat menjadi contoh bagi desa lain.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Ismet Khaeruddin, Advisor Senior, Focal Point Keanekaragaman Hayati KFW Forest Program 3 dan Koordinator Provinsi Sulawesi Tengah
Fikty Aprilinayati, Advisor Bidang Pengelolaan Hutan Lestari dan Pengelolaan Cagar Biosfer
Dalam rangka persiapan seleksi fasilitator kampung binaan, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua dan FORCLIME mengadakan pertemuan tanggal 16 Februari 2022 di Kantor BBKSDA di Kota Jayapura, Papua. Selain Tim FORCLIME Papua, dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh Kepala sub bagian Program dan Kerja Sama, Ibu Rian Agustina, SpPt., M.I.L., dan Kepala Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan, Bapak Julius Palita, S.Hut serta Bapak Chandra Irwanto Lumban Gaol, S.Hut., Penyuluh Kehutanan BBKSDA Papua. Pertemuan ini dilakukan dalam rangka persiapan pelaksanaan kegiatan FORCLIME untuk mendukung BBKSDA Papua di dua kampung terpilih sekitar CA Cycloop-Youtefa, yakni kampung Tablasupa dan Kampung Dosay di Kabupaten Jayapura.
Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan bersama di kedua desa tersebut akan direkrut fasilitator kampung yang akan melakukan pendampingan dan memonitor pelaksanaan kegiatan. Calon-calon fasilitator akan diseleksi dari generasi muda yang memiliki latar belakang teknis kehutanan dan atau pengetahuan alam. Selain itu, juga yang telah berpengalaman dalam kegiatan pendampingan di kampung binaan BBKSDA. Sehingga mereka menjadi peluang untuk pengembangan dan implementasi program Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM).
Setelah pengumpulan calon-calon fasilitator dan proses seleksi, rekomendasi fasilitator kampung akan disampaikan pada awal bulan Maret.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Rut M Ohoiwutun, Advisor Junior bidang hutan kemasyarakatan dan hutan adat, Papua
Mohammad Sidiq, Manajer bidang strategis, pengelolaan hutan lestari dan Koordinator Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Didukung oleh: | |