Pencegahan Kebakaran Hutan Dimulai Januari

 
Gubernur Alex Noerdin, saat tampil dalam acara puncak gerakan menanam 1 miliar pohon

Berthold Haasler, team leader Biodiversity and Climate Change Project (BIOCLIME) dan narasumber lainnya dalam Workshop kemitraan untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Sumsel

PALEMBANG 30 November 2015,Tahun depan diprediksi musim kemarau akan berlangsung lebih awal dibandingkan tahun 2014 maupun 2015 ini. Jika tahun ini musim kemarau mulai berlangsung pada akhir semester pertama, maka tahun depan diperkirakan Februari sudah memasuki kemarau. Menyikapi hal itu, pihak pemerintah provinsi Sumatera Selatan akan bertindak lebih cepat dalam melakukan pencegahan. Sementara sejumlah donor menyatakan komitmen mereka mendukung aksi nyata.

Staf Khusus Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) bidang perubahan iklim Najib Asmani mengatakan awal Januari 2016, gerakan pencegahan akan langsung dicanangkan oleh gubernur, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Gerakan juga mengikutsertakan perusahan Hutan Tanaman Industri serta masyarakat peduli api. Sebagaimana diketahui, tahun ini, siaga darurat asap berlangsung sejak 26 Februari 2015. "Biasanya kita lengah jadi tidak berbuat apa-apa padahal ancaman didepan mata," kata Najib, Senin (30/11).

Sumatera Selatan selama ini dikenal sebagai salah satu daerah penangkal emisi karbon di Indonesia. Gubernur Alex Noerdin mengatakan klaim itu sangat berdasar karena daerahnya masih memiliki hutan dan lahan yang sangat besar. Namun kondisi itu berbalik arah karena adanya bencana kebakaran hutan dan lahan selama tahun 2015 ini. Saat ini, Sumsel berhutang emisi karbon pada masyarakat dunia. "Karena itu kita harus kembalikan lagi yang terbakar itu dengan gerakan menanam dan merawat pohon," ungkapnya.

Ditemui diselah-selah menghadiri puncak acara penanaman satu miliar pohon, Sabtu, akhir pekan lalu. Alex mengatakan dalam empat bulan, ratusan ribu hektar hutan terbakar. Sehingga, dari dulu yang dikenal sebagai daerah surplus sekarang Sumsel jadi berhutang emisi karbon. ujar Alex Noerdin. Menurutnya, Sumsel disebut sebagai penyumbang emisi karbon terbesar

Kegiatan penanaman 1 miliar pohon merupakan salah satu cara mengembalikan hutan Indonesia sebagai paru-paru dunia. Menurut Alex gerakkan menanam dan merawat pohon harus diterapkan sejak awal agar menjadi kebiasaan positif bagi generasi mendatang. Sehingga ia optimistis dalam beberapa tahun mendatang, Sumsel kembali dilirik sebagai daerah yang dikenal sebagai penyumbang energi positif bagi kesehatan udara tingkat asia bahkan dunia. "Tidak boleh lagi ada asap dan kebakaran dalam sekala besar."

Berthold Haasler, team leader Biodiversity and Climate Change Project (BIOCLIME) mengatakan pihaknya tidak dapat berpangku tangan melihat kenyataan semakin menipisnya jumlah hutan dan gambut di Sumatera Selatan. Selain ikut menggerakkan masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan dan lingkungan sekitarnya, Bioclime juga akan mengembangkan demplot 'forest fire management' di tingkat tapak. Hal itu katanya sesuai arahan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. "Demplotnya ada di Desa Kepayang, Musi Banyu Asin," kata Berthold.

BIOCLIME Report