1 / 3

FORCLIME

 Forests and Climate Change Programme
 Technical Cooperation (TC Module)
2 / 3

FORCLIME

 Forests and Climate Change Programme
 Technical Cooperation (TC Module)
3 / 3

FORCLIME

 Forests and Climate Change Programme
 Technical Cooperation (TC Module)

Trigona bee

Salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang menjadi primadona adalah madu alam karena permintaan terhadap madu alam terbilang tinggi. Tetapi saat ini keberadaan madu alam  mengalami penurunan produksi tiap tahunnya. Dalam situasi seperti ini, muncul ide untuk mengembangkan budidaya madu lebah Trigona Sp. Lebah jenis Trigona sp adalah lebah kecil menyerupai lalat yang dapat menghasilkan madu dan propolis. Lebah  madu  ini berbeda dengan lebah lainnya, tidak memiliki  sengat. Untuk mempertahankan diri  lebah  ini  memproduksi  propolis, yang juga bernilai pasar.

Beberapa kemudahan budidaya Trigona Sp dibanding lebah lainnya antara lain: tidak perlu dipelihara, tidak perlu digembala, tidak perlu peralatan khusus, tidak perlu takut disengat, kemudahan pengembangan koloni, produktivitas propolis lebih tinggi, tahan hama penyakit, bisa panen sepanjang waktu.

Melihat banyaknya kelebihan tersebut, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Berau Barat, Kalimantan Timur didukung oleh GIZ FORCLIME mengadakan kegiatan inventarisasi dan sosialisasi mengenai budidaya lebah Trigona Sp kepada masyarakat di desa-desa sekitar KPH pada tanggal 23 – 28 Juni 2014. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan identifikasi dan penelitian pemanfaatan jenis lebah ini  (lebah kelulut) sebagai bahan obat dan menjaga kesehatan, serta meningkatkan mata pencaharian masyarakat di sekitar hutan. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi dampak negatif seperti deforestasi dan degradasi hutan yang disebabkan oleh kebutuhan ekonomi.

Dalam kegiatan ini dilakukan praktek pembuatan ‘stub’ (kotak sarang Trigona) dan langsung memindahkan telur dan sarang dari alam ke dalam sarang buatan. Kemudian sarang-sarang buatan tersebut dibagikan kepada desa-desa yang berada di sekitar wilayah KPH Berau Barat (Muara Lesan, Long Beliu, Sidobangen, Merasa).

Kepala KPH Berau Barat, Hamzah, sangat mengapresiasi inisiatif budidaya lebah kelulut ini karena lebih memudahkan masyarakat untuk mendapatkan madunya, dibandingkan dengan pemanenan madu alam yang biasanya memiliki resiko tinggi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa KPH Berau Barat siap untuk mengembangkan inisiatif ini di desa-desa lain.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Ali Mustofa, Thematic Leader of Community Empowerment

in cooperation with ministry of forestry and environment Didukung oleh:
Cooperation - Republic of Indonesia and Federal Republic of GermanyImplemented-by-giz