1 / 3

FORCLIME

 Forests and Climate Change Programme
 Technical Cooperation (TC Module)
2 / 3

FORCLIME

 Forests and Climate Change Programme
 Technical Cooperation (TC Module)
3 / 3

FORCLIME

 Forests and Climate Change Programme
 Technical Cooperation (TC Module)

2022 11 29 Sarang semut tea Making and Packaging mb 4

Sarang semut (Myrmecodia spp) merupakan tumbuhan yang banyak ditemukan di Tanah Papua yang dipercaya memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan. Kata ‘Myrmecodia’ berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘dikerumuni semut’. Karena bentuknya bolong-bolong dan memang dijadikan sarang oleh semut. Masyarakat di Kampung Wendi di Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat, telah menjual sarang semut sejak lama dalam bentuk bongkahan kering secara langsung kepada penadah di Kota Sorong. Dalam rangka peningkatan ekonomi penduduk kampung yang berada di sekitar kawasan hutan dan peningkatan kapasitas masyarakat untuk mengelola sumber daya, Dinas Kehutanan Papua Barat dan didukung FORCLIME, mengadakan pelatihan membuat teh dari Myrmecodia atau teh sarang semut. Sarang semut (Myrmecodia spp.) merupakan salah satu potensi hasil hutan bukan kayu di Kampung Wendi yang selama ini dikelola sebagai obat tradisional. Pelatihan diberikan kepada tiga kelompok tani hutan di Kampung Wendi, yaitu Wendi 1, Wendi 2, Lembah Hijau. Pelatihan, diikuti oleh 116 orang (54 laki-laki dan 62 perempuan), dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 28 hingga 29 November 2022. Peserta, selain diajarkan cara membuat teh dari tumbuhan Mymecordia spp, juga diajarkan cara mengemas minuman herbal tersebut sehingga menjadi produk yang siap untuk dijual.

Saat ini, bahan baku pembuatan teh sarang semut diambil dari alam. Untuk menjaga bahan baku yang berkelanjutan, kelompok tani hutan di Kampung Wendi memasukan budidaya sarang semut ke dalam program kerja mereka.

Langkah selanjutnya setelah pelatihan ini adalah pendampingan bagi kelompok tani hutan untuk melakukan uji klinis atas produk yang dihasilkan hingga memperoleh izin penjualan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Fasilitasi juga akan diberikan kepada para kelompok tani hutan untuk dapat memasarkan produksnya melalui pelatihan pemasaran agar dapat mengakses pasar, baik pasar tradisional maupun melalui marketplace.

Untuk informasi yang lebih lanjut, silakan hubungi:
Melanesia Brigite Boseren, Advisor Junior bidang penghidupan (livelihood) pedesaaan, pengelolaan dan konservasi hutan
Nita Yohana, Advisor bidang pengelolaan hutan lestari dan koordinator Provinsi Papua Barat
Mohammad Sidiq, Manajer bidang strategis, pengelolaan hutan lestari dan koordinator Provinsi Papua dan Papua Barat

in cooperation with ministry of forestry and environment Didukung oleh:
Cooperation - Republic of Indonesia and Federal Republic of GermanyImplemented-by-giz