FORCLIME
Forests and Climate Change ProgrammeTechnical Cooperation (TC Module)
Select your language
Dalam rangka menyemangati dan memotivasi kelompok perempuan yang berkegiatan usaha budidaya anggrek, yang sempat vacuum karena adanya pandemi Covid-19, Forum Koordinasi dan Komunikasi Cagar Biosfer Lore Lindu bekerja sama dengan FORCLIME mengadakan studi banding bagi kelompok perempuan anggrek di wilayah Cagar Biosfer Lore Lindu pada tanggal 26 – 30 Juli 2022. Kelompok, yang diberi nama KAREBA Orchid CBLL, ini mengunjungi Kebun Raya Bogor, Gino Nursery (Parung), Uli Anggrek dan Taman Anggrek Ragunan. Menurut Dr. Sri Ningsih Mallombasang, pembina kelompok anggrek dari Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako, kegiatan ini sangat penting guna memperkuat motivasi dan menambah pengetahuan kelompok perempuan tentang jenis, teknik budidaya, nilai ekonomi hingga jaringan dan pasar anggrek. Penguatan kapasitas untuk budidaya dan nilai ekonomi anggrek ini menunjang kegiatan konservasi anggrek dan ekosistem hutan di wilayah Cagar Biosfer Lore Lindu, oleh karena menjadi pendapatan tambahan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan ini.
Dari studi banding ini, peserta mendapatkan informasi dan pengetahuan secara langsung dalam perawatan dan budidaya anggrek, termasuk pembibitan, pengendalian hama penyakit maupun bagaimana menata dan mengelola greenhouse. Studi banding ini juga berkontribusi pada pengenalan jaringan penangkar dan pasar anggrek.
Setelah kembali dari studi banding, mereka sepakat untuk melakukan restrukturisasi kelompok, membuat jadwal tugas pemeliharaan dan pertemuan berkala untuk saling berkomunikasi dan berbagi pengalaman.
Sejak November 2017, FORCLIME melakukan pendampingan bagi kelompok perempuan dalam membudidayakan anggrek di desa-desa Karunia, Rejeki dan Bahagia. Berbagai pelatihan telah dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kelompok perempuan di ketiga desa tersebut dalam pengembangan budidaya anggrek.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Fikty Aprilinayati, Advisor bidang Pengelolaan Hutan Lestari dan Pengelolaan Cagar Biosfer
Ismet Khaeruddin, Advisor Senior, Focal Point Keanekaragaman Hayati KFW Forest Program 3 dan Koordinator Provinsi Sulawesi Tengah
Dalam rangka mendukung pengembangan ekowisata di Hutan Diklat Tabo-tabo, Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan dan FORCLIME menyelenggarakan Bimbingan Teknis Pengembangan Eko Edu Wisata di kawasan hutan dan sekitarnya di Kampus Hutan Diklat Tabo-tabo pada tanggal 26-28 Juli 2022. Tujuan Kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan para pemangku kepentingan untuk melakukan pengelolaan eko edu wisata yang ramah lingkungan di kawasan Tabo-tabo. Peserta pelatihan sebanyak 30 orang merupakan perwakilan dari Kelompok Tani Hutan Desa Wisata (Deswita), pendamping lapang dari BD LHK Makassar, anggota Kelompok Tani Hutan Tinambung Desa Bisoloro-Gowa dan Pemerintah Desa Tabo-tabo. Narasumber pelatihan ini adalah BD LHK Makassar, Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Wilayah Sulawesi, FORCLIME, pengelola wisata di Bisoloro dan konsultan East Java Ecotourism Forum (EJEF).
Materi yang disampaikan dalam bimbingan teknis ini antara lain:
• Kebijakan pemerintah dalam pengembangan ekowisata.
• Kelembagaan pengelola ekowisata.
• Pengelolaan kawasan ekowisata.
• Pengembangan produk ekowisata.
• Pemasaran produk ekowisata.
• Penyusunan rencana aksi.
Dalam bimbingan teknis, narasumber EJEF menggaris bawahi bahwa pengembangan ekowisata berbasis masyarakat harus diwadahi melalui Badan Usaha Milik Desa agar dukungan lintas sektoral bisa diperoleh. Untuk kasus pengelolaan wisata oleh KTH Deswita, aspek legalitas pengelolaan wisata oleh KTH Deswita perlu segera disiapkan melalui penanda tanganan Naskah Kesepakatan Kerja Sama antara BD LHK Makassar selaku pemangku kawasan dengan Pemerintah Desa Tabo-tabo/KTH Deswita.
Pada hari kedua, peserta mengunjungi dan berdiskusi dengan pengelola ekowisata berbasis masyarakat di Desa Bisoloro, Kabupaten Gowa – Sulawesi Selatan. Pada hari terakhir, peserta mengidentifikasi dukungan yang diperlukan untuk tindak lanjut pasca bimbingan teknis yang mencakup:
• Kelompok Deswita membutuhkan kegiatan pendampingan khususnya dari para pendamping pemberdayaan BD LHK Makassar.
• Perlu disegerakan adanya Naskah Kesepakatan Kerja Sama untuk menjamin kepastian hukum dalam pengembangan ekowisata di Tabo-tabo.
• Perlu pengembangan kapasitas (termasuk pelatihan, magang, mentoring) bagi anggota Deswita dalam berbagai aspek ekowisata.
• Penyusunan rencana pengembangan ekowisata desa Tabo-tabo.
• Perlu pembuatan tanda penunjuk arah (signpost) untuk mendukung promosi ekowisata Tabo-tabo.
• Pengembangan sekretariat kerja untuk pengembangan ekowisata
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Daniel Maertz, Advisor Bidang Pendidikan dan Pelatihan Orang Dewasa
Edy Marbyanto, Manajer Bidang Strategis, Pengembangan Kapasitas SDM
Dalam rangka membangun sinergi pengembangan program Perhutanan Sosial, FORCLIME melakukan kunjungan dan dialog dengan Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) wilayah Maluku dan Papua di Ambon, Maluku pada tanggal 25–26 Juli 2022. Kepala BPSKL Maluku Papua, Yusup, SP, M.Si, dalam sambutannya menyampaikan bahwa BPSKL menyambut baik kunjungan dan dialog ini. Beliau menjelaskan bahwa salah satu tantangan dalam pengembangan program Perhutanan Sosial di Tanah Papua adalah terbatasnya jumlah dan kualitas pendamping serta distribusi wilayah dampingan yang tersebar. Saat ini di Papua Barat terdapat sekitar 22 pendamping Perhutanan Sosial swadaya, sedangkan di Provinsi Papua baru tersedia tiga orang pendamping dari 17 orang yang direncanakan.
Dalam dialog tersebut FORCLIME menyampaikan bahwa sejak tiga bulan lalu telah mengembangkan pendampingan di sembilan kampung yang direkomendasikan oleh mitra kerja FORCLIME di daerah. Data terbaru dari BPSKL menunjukkan bahwa dari empat desa dampingan FORCLIME di Papua Barat, terdapat dua kampung yang sudah mendapatkan izin Perhutanan Sosial, yakni di Kampung Wendi dan Haha di Sorong Selatan. Sehingga disepakati untuk menjadikan kampung tersebut sebagai kampung percontohan Program Perhutanan Sosial.
Kepala BPSKL Maluku dan Papua menjelaskan bahwa Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan Kinerja Utama (IKU) berfokus pada penyusunan Rencana Kelola Perhutanan Sosial (RKPS) untuk para pemegang izin pengelolaan perhutanan sosial, penguatan kapasitas usaha, dan penguatan kapasitas tenaga pendamping. Berdasarkan hal tersebut ada beberapa inisiatif kerja sama antara FORCLIME dengan BPSKL Maluku dan Papua untuk semester kedua tahun 2022, antara lain:
• Rapat koordinasi Kelompok Kerja Perhutanan Sosial di Papua Barat.
• Integrasi data pendamping FORCLIME dalam data base pendamping swadaya BPSKL Maluku dan Papua.
• Berbagi informasi dan integrasi pelaporan oleh pendamping FORCLIME ke dalam sistem pelaporan BPSKL Maluku dan Papua.
• Pelibatan staf BPSKL atau pendamping dalam pelatihan swausaha, digital marketing dan pelatihan lain yang relevan.
• Pengembangan modul pelatihan inventarisasi potensi sumber daya hutan untuk pemegang izin perhutanan sosial atau Kelompok Tani Hutan (KTH).
• Pelibatan BPSKL sebagai narasumber untuk pelatihan pembekalan bagi tenaga magang FORCLIME.
• BPSKL dapat memfasilitasi pendaftaran bagi tenaga-tenaga pendamping FORCLIME untuk mendapatkan sertifikat sebagai tenaga penyuluh kehutanan atau pendamping swadaya masyarakat (PKSM) sebagai pendamping PS.
Sedang potensi kerja sama untuk tahun 2023 antara lain:
o Penyelenggaraan rapat koordinasi di Provinsi Papua.
o Penyusunan modul dan pelatihan penyusunan Rencana Kelola Kerja Perhutanan Sosial (RKPS) untuk pendamping perhutanan sosial.
o Pelibatan staf BPSKL atau pendamping dalam pelatihan-pelatihan dan kegiatan lapangan yang diselenggarakan FORCLIME.
o Berbagi informasi antara FORCLIME dengan BPSKL Maluku dan Papua.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Mohammad Sidiq, Manajer bidang strategis, pengelolaan hutan lestari dan coordinator Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Edy Marbyanto, Manajer bidang strategis, pengembangan kapasitas SDM
Didukung oleh: | |