1 / 3

FORCLIME

 Forests and Climate Change Programme
 Technical Cooperation (TC Module)
2 / 3

FORCLIME

 Forests and Climate Change Programme
 Technical Cooperation (TC Module)
3 / 3

FORCLIME

 Forests and Climate Change Programme
 Technical Cooperation (TC Module)

panen_madu_lestari

Kabupaten Berau dikenal memiliki potensi madu hutan berkualitas tinggi dalam jumlah cukup besar. Namun dengan semakin banyaknya konversi hutan menjadi lahan perkebunan dan maraknya kerusakan hutan, dikhawatirkan produksi madu hutan ini diperkirakan akan berkurang bahkan bisa hilang di masa mendatang. Untuk itu Dinas Kehutanan Kabupaten Berau bersama dengan The Nature Conservancy (TNC), GIZ FORCLIME, LSM ‘Nemdoh Nemdung’ dan masyarakat Kecamatan Kelay  mengadakan pelatihan Panen Madu Hutan Lestari pada tanggal 26-28 November 2012.  Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan masyarakat dari 6 desa yang berada di sekitar KPH Berau Barat antara lain Long Duhung, Long Lanuk, Lesan Dayak, Merabu, Panaan dan Merapun.

GIZ FORCLIME memfasilitasi pelatihan ini dengan mendatangkan pelatih madu hutan dari LSM KABAN Pontianak, Kalimantan Barat dan seorang petani madu dari Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS) Kalimantan Barat. Dalam pelatihan ini dikenalkan metode baru untuk membuat sarang lebah buatan yang populer di Danau Sentarum dan disebut dengan tikung. Tikung adalah sarang lebah madu hutan buatan yang disusun dari kayu dan di pasang di pohon yang tidak terlalu tinggi agar mudah dalam memanen madunya. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat tikung sangat mudah didapat dan cara membuatnya pun juga tidak terlalu sulit.  Selain pelatihan membuat dan memasang tikung, peserta juga juga memperoleh ilmu dan informasi tentang pemanenan lestari, cara pengemasan madu ,  serta jalur pemasaran madu hutan.

Melalui pelatihan ini masyarakat memperoleh transfer teknologi, sehingga masyarakat di Kelay dapat membuat terobosan baru dalam memanfaatkan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Selama ini mereka memanen madu hutan pada ketinggian antara 40-70 meter dengan alat pengaman yang sangat minim, sehingga mengambil madu hutan merupakan kegiatan yang sangat berbahaya bagi mereka. Dengan diperkenalkannya metode baru ini, masyarakat sangat tertarik untuk mencoba teknologi yang baru diperkenalkan dan berharap agar tikung-tikung yang akan dipasang dihinggapi lebah madu.

Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta membuat rencana tindaklanjut berupa (1) Membuat 10-15 tikung di desa masing-masing, (2) Membentuk  kelompok petani lebah madu untuk memudahkan koordinasi antar desa, (3)  Berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Kabupaten untuk mendapat dukungan pembinaan lebih lanjut. Para peserta juga sepakat untuk bertemu kembali pada bulan Februari 2013 dalam rangka mengevaluasi rencana kerja mereka.

 

in cooperation with ministry of forestry and environment Didukung oleh:
Cooperation - Republic of Indonesia and Federal Republic of GermanyImplemented-by-giz